Jamur berkembangbiak secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual dilakukan ketika sumber makanan melimpah dan reproduksi seksual dilakukan ketika sumber makanan sedikit atau lingkungan kurang menguntungkan.
Reproduksi aseksual yang paling sederhana adalah dengan fragmentasi talus. Fragmen-fragmen talus yang terpisah dapat tumbuh menjadi jamur yang utuh. Jamur uniseluler berkembang biak dengan membelah diri. Semua jamur dapat membentuk tunas atau kuncup.
Kuncup berkembang dari permukaan hifa. Sel pada hifa tersebut kemudian mengalami pembelahan nukleus, satu nukleus mengisi kuncup dan nukleus yang lain tetap berada di dalam sel semula. Dalam satu hifa dapat dibentuk lebih dari satu kuncup sekaligus. Kuncup dapat segera melepaskan diri dari hifa induk dan tumbuh membentuk jamur baru.
Perkembangbiakan aseksual pada jamur yang paling utama adalah dengan membentuk spora aseksual haploid (sering disebut mitospora yaitu spora yang dihasilkan dari pembelahan mitosis). Sebuah jamur dapat menghasilkan hingga lebih dari 12 milyar spora pada setiap badan buahnya, bahkan jamur yang lebih besar dapat mencapai ratusan milyar. Spora merupakan alat penyebaran yang utama pada jamur.
Spora aseksual terdiri dari beberapa jenis.
1. Konidiospora atau konidium, yaitu spora yang dibentuk di ujung atau sisi suatu hifa. Konidium kecil bersel satu disebut mikrokonidia, sedangkan konidium yang besar dan bersel banyak disebut makrokonidia.
2. Sporangiospora, dibentuk di dalam kantong yang disebut sporangium yang terletak pada ujung hifa khusus yang disebut sprangiosfor. Sporangiospora ada yang dapat bergerak menggunakan flagella disebut zoospora dan ada pula yang tidak dapat bergerak disebut aplanospora.
3. Arthrospora atau oidium, merupakan spora yang terbentuk pada sel-sel hifa yang terputus.
4. Klamidospora, yaitu spora berdinding tebal yang dibentuk ketika keadaan lingkungan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan jamur. Spora ini sangat tahan terhadap lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan paparan bahan kimia.
5. Blastospora, merupakan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler yaitu khamir.
Perkembangbiakan seksual pada jamur melalui beberapa tahap yaitu plasmogami, kariogami, dan meiosis. Jamur tidak mempunyai alat kelamin jantan dan betina, yang ada adalah hifa (+) dan hifa (–). Plasmogami merupakan proses terjadinya fusi dari dua protoplas dari sel-sel hifa (+) dan (–) yang bersesuaian. Plasmogami dapat terjadi melalui konjugasi, isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, dan somatogami.
Setelah plasmogami, dihasilkan sebuah sel yang mempunyai dua nukleus (dikarion) karena nukleus dari kedua sel tidak langsung bergabung. Pada beberapa jamur periode dikarion ini berlangsung cukup lama. Dua nukleus itu kemudian mengalami kariogami (penyatuan nukleus) menghasilkan sel dengan nukleus diploid yang disebut zigot. Setelah terjadi kariogami, zigot yang terbentuk segera melakukan pembelahan meiosis menghasilkan spora-spora seksual yang haploid (spora seksual sering disebut meiospora).
Beberapa jenis spora seksual adalah sebagai berikut.
1. Askospora, yaitu spora bersel satu yang dihasilkan dalam suatu kantong yang disebut askus.
2. Basidiospora, yaitu spora bersel satu yang dibentuk di dalam suatu badan menyerupai gada yang disebut basidium.
3. Zigospora, yaitu spora berdinding tebal yang dibentuk melalui peleburan dua ujung hifa reproduktif (gametangia) yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya.
4. Oospora, merupakan spora yang dibentuk melalui peleburan gamet jantan yang dihasilkan anteridia dengan gamet betina yang dihasilkan oogonia. Oospora dibentuk di dalam oogonium.
Spora yang dihasilkan apabila jatuh pada lingkungan yang sesuai akan tumbuh membentuk hifa, kemudian bercabang-cabang membentuk miselium. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih tahan (adaptif) terhadap kondisi lingkungan.
Reproduksi aseksual yang paling sederhana adalah dengan fragmentasi talus. Fragmen-fragmen talus yang terpisah dapat tumbuh menjadi jamur yang utuh. Jamur uniseluler berkembang biak dengan membelah diri. Semua jamur dapat membentuk tunas atau kuncup.
Kuncup berkembang dari permukaan hifa. Sel pada hifa tersebut kemudian mengalami pembelahan nukleus, satu nukleus mengisi kuncup dan nukleus yang lain tetap berada di dalam sel semula. Dalam satu hifa dapat dibentuk lebih dari satu kuncup sekaligus. Kuncup dapat segera melepaskan diri dari hifa induk dan tumbuh membentuk jamur baru.
Perkembangbiakan aseksual pada jamur yang paling utama adalah dengan membentuk spora aseksual haploid (sering disebut mitospora yaitu spora yang dihasilkan dari pembelahan mitosis). Sebuah jamur dapat menghasilkan hingga lebih dari 12 milyar spora pada setiap badan buahnya, bahkan jamur yang lebih besar dapat mencapai ratusan milyar. Spora merupakan alat penyebaran yang utama pada jamur.
Spora aseksual terdiri dari beberapa jenis.
1. Konidiospora atau konidium, yaitu spora yang dibentuk di ujung atau sisi suatu hifa. Konidium kecil bersel satu disebut mikrokonidia, sedangkan konidium yang besar dan bersel banyak disebut makrokonidia.
2. Sporangiospora, dibentuk di dalam kantong yang disebut sporangium yang terletak pada ujung hifa khusus yang disebut sprangiosfor. Sporangiospora ada yang dapat bergerak menggunakan flagella disebut zoospora dan ada pula yang tidak dapat bergerak disebut aplanospora.
3. Arthrospora atau oidium, merupakan spora yang terbentuk pada sel-sel hifa yang terputus.
4. Klamidospora, yaitu spora berdinding tebal yang dibentuk ketika keadaan lingkungan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan jamur. Spora ini sangat tahan terhadap lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan paparan bahan kimia.
5. Blastospora, merupakan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler yaitu khamir.
Perkembangbiakan seksual pada jamur melalui beberapa tahap yaitu plasmogami, kariogami, dan meiosis. Jamur tidak mempunyai alat kelamin jantan dan betina, yang ada adalah hifa (+) dan hifa (–). Plasmogami merupakan proses terjadinya fusi dari dua protoplas dari sel-sel hifa (+) dan (–) yang bersesuaian. Plasmogami dapat terjadi melalui konjugasi, isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, dan somatogami.
Setelah plasmogami, dihasilkan sebuah sel yang mempunyai dua nukleus (dikarion) karena nukleus dari kedua sel tidak langsung bergabung. Pada beberapa jamur periode dikarion ini berlangsung cukup lama. Dua nukleus itu kemudian mengalami kariogami (penyatuan nukleus) menghasilkan sel dengan nukleus diploid yang disebut zigot. Setelah terjadi kariogami, zigot yang terbentuk segera melakukan pembelahan meiosis menghasilkan spora-spora seksual yang haploid (spora seksual sering disebut meiospora).
Beberapa jenis spora seksual adalah sebagai berikut.
1. Askospora, yaitu spora bersel satu yang dihasilkan dalam suatu kantong yang disebut askus.
2. Basidiospora, yaitu spora bersel satu yang dibentuk di dalam suatu badan menyerupai gada yang disebut basidium.
3. Zigospora, yaitu spora berdinding tebal yang dibentuk melalui peleburan dua ujung hifa reproduktif (gametangia) yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya.
4. Oospora, merupakan spora yang dibentuk melalui peleburan gamet jantan yang dihasilkan anteridia dengan gamet betina yang dihasilkan oogonia. Oospora dibentuk di dalam oogonium.
Spora yang dihasilkan apabila jatuh pada lingkungan yang sesuai akan tumbuh membentuk hifa, kemudian bercabang-cabang membentuk miselium. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih tahan (adaptif) terhadap kondisi lingkungan.